Oleh Tria Putra Kurnia
Selamat siang.Lama tak jumpa
sepertinya, ya.
Saat ini langit mendung, udara terasa lebih padat dari
biasanya. Saya sedang menikmati sebatang tembakau, melewatkan beberapa
iklan televisi, dan sedang mengetik.Oh iya,
saya juga sedang menikmati kue brownies. Kue coklat yang enak. Tapi
bukan brownies ganja yang kabarnya beredar dan dijual bebas. Saya ragu
dengan pernyataan bahwa brownies ganja tersebut dijual bebas. Kalau
memang diual bebas, lalu kenapa saya tidak menemukan penjajanya
keliling kampung menawarkan browniesnya jika memang dijua begitu
bebasnya?
Saya dengar kabar di media televisi, katanya brownies tersebut dijual bebas, dapat dibeli siapa saja. Bahkan, kabarnya ada seorang siswa SMP yang tertidur sampai 2 hari karena memakan brownies tersebut setelah diketahui. Media mengabarkan bahwa sepertinya anak tersebut menjadi korban brownies ganja. Salah beli mungkin simpelnya. Wah! Kita musti hati-hati jika memang benar banyak brownies “enak” yang beredar dan terselubung.
Sekali lagi saya lihat di media, bahkan sampai hasil wawancara masyarakat dan selebritas yang ditayangkan, mereka khawatir karena kabarnya brownies ganja beredar bebas. Betulkah beredar bebas?
Saya mempertanyakan pemberitaan media yang menyatakan bahwa brownies “enak” tersebut dijual bebas di masyarakat. Sampai-sampai, visualisasi beritanya menggunakan sepotong visual yang memperlihatkan anak-anak sekolah sedang jajan. Pemberitaan seperti itu menjadi sangat meragukan bagi yang mengerti dan mengetahui bagaimana peredaran brownies “enak” sebenarnya. Media memberitakan seolah brownies “enak” tersebut dapat dengan tidak sengaja kita temukan, ketika kita membeli brownies di pinggir jalan atau sebagainya. Padahal, untuk yang mengerti dan mengetahui, mereka tahu bagaimana dan dimana bisa menemukan brownies “enak” tersebut.
Media sepertinya memberikan sebuah kisah yang dilebih-lebihkan. Menciptakan ketakutan bagi masyarakat yang tidak pernah tahu sebelumnya perihal brownies “enak” tersebut. Jangan-jangan media, dalam pemberitaannya, tidak terlebih dahulu menghimpun data-data dan informasi dari sumber yang relevan? Sehingga pada akhirnya memberitakan sesuatu yang berlebihan.
Memang, jika merujuk pada bentuk dan kemasan yang baru, narkoba menjadi seperti bebas beredar di mana saja. Misalnya, pil ekstasi dan sabu-sabu yang dikemas dalam bungkus permen, atau ganja yang diolah menjadi brownies “enak”. Tapi modifikasi dan olahan yang baru tersebut tidak menjadikan segala bentuk barang, yang kabarnya terlarang tersebut, menjadi bebas beredar seperti bebasnya beras beredar di pasar induk. Modifikasi dan olahan baru itu, hanya ditunjukkan untuk melancarkan transaksi dan peredarannya. Mungkin agar tidak diketahui dengan mudah, bukan untuk beredar bebas begitu saja.
Kabar bahwa ada siswa yang tidak sengaja atau mungkin tertipu rupa, dan akhirnya memakan brownies enak, sangat bisa dipertanyakan. Bukan mempertanyakan fakta kejadian tersebut, tetapi mempertanyakan apakah memang benar siswa tersebut tidak sengaja memakan brownies “enak”?
Sengaja atau tidak sengaja tidak menjadi soal. Media terlanjur melepaskan berita yang menurut saya agak berlebihan. Orang tua menjadi khawatir, masyarakat resah. orang tua wajar menjadi khawatir, tapi tidak dibalut dengan sesuatu yang berlebihan.
Saya dengar kabar di media televisi, katanya brownies tersebut dijual bebas, dapat dibeli siapa saja. Bahkan, kabarnya ada seorang siswa SMP yang tertidur sampai 2 hari karena memakan brownies tersebut setelah diketahui. Media mengabarkan bahwa sepertinya anak tersebut menjadi korban brownies ganja. Salah beli mungkin simpelnya. Wah! Kita musti hati-hati jika memang benar banyak brownies “enak” yang beredar dan terselubung.
Sekali lagi saya lihat di media, bahkan sampai hasil wawancara masyarakat dan selebritas yang ditayangkan, mereka khawatir karena kabarnya brownies ganja beredar bebas. Betulkah beredar bebas?
Saya mempertanyakan pemberitaan media yang menyatakan bahwa brownies “enak” tersebut dijual bebas di masyarakat. Sampai-sampai, visualisasi beritanya menggunakan sepotong visual yang memperlihatkan anak-anak sekolah sedang jajan. Pemberitaan seperti itu menjadi sangat meragukan bagi yang mengerti dan mengetahui bagaimana peredaran brownies “enak” sebenarnya. Media memberitakan seolah brownies “enak” tersebut dapat dengan tidak sengaja kita temukan, ketika kita membeli brownies di pinggir jalan atau sebagainya. Padahal, untuk yang mengerti dan mengetahui, mereka tahu bagaimana dan dimana bisa menemukan brownies “enak” tersebut.
Media sepertinya memberikan sebuah kisah yang dilebih-lebihkan. Menciptakan ketakutan bagi masyarakat yang tidak pernah tahu sebelumnya perihal brownies “enak” tersebut. Jangan-jangan media, dalam pemberitaannya, tidak terlebih dahulu menghimpun data-data dan informasi dari sumber yang relevan? Sehingga pada akhirnya memberitakan sesuatu yang berlebihan.
Memang, jika merujuk pada bentuk dan kemasan yang baru, narkoba menjadi seperti bebas beredar di mana saja. Misalnya, pil ekstasi dan sabu-sabu yang dikemas dalam bungkus permen, atau ganja yang diolah menjadi brownies “enak”. Tapi modifikasi dan olahan yang baru tersebut tidak menjadikan segala bentuk barang, yang kabarnya terlarang tersebut, menjadi bebas beredar seperti bebasnya beras beredar di pasar induk. Modifikasi dan olahan baru itu, hanya ditunjukkan untuk melancarkan transaksi dan peredarannya. Mungkin agar tidak diketahui dengan mudah, bukan untuk beredar bebas begitu saja.
Kabar bahwa ada siswa yang tidak sengaja atau mungkin tertipu rupa, dan akhirnya memakan brownies enak, sangat bisa dipertanyakan. Bukan mempertanyakan fakta kejadian tersebut, tetapi mempertanyakan apakah memang benar siswa tersebut tidak sengaja memakan brownies “enak”?
Sengaja atau tidak sengaja tidak menjadi soal. Media terlanjur melepaskan berita yang menurut saya agak berlebihan. Orang tua menjadi khawatir, masyarakat resah. orang tua wajar menjadi khawatir, tapi tidak dibalut dengan sesuatu yang berlebihan.
Alangkah lebih baiknya media
tidak hanya menyajikan hasil wawancara dari orang-orang yang tidak paham
seluk beluk peredarannya. Karena menurut pribadi saya, sebebas-bebasnya
peredaran brownies tersebut, hanya orang-orang tertentu yang tahu
adanya barang tersebut dan di mana bisa memperoleh barang tersebut.
Edukasi akhirnya adalah satu-satunya yang akan menjadikan masyarakat lebih berhati-hati dengan cara yang pintar. Bukan pemberitaan yang berlebihan yang mengakibatkan ketakutan yang berlebih.
Edukasi akhirnya adalah satu-satunya yang akan menjadikan masyarakat lebih berhati-hati dengan cara yang pintar. Bukan pemberitaan yang berlebihan yang mengakibatkan ketakutan yang berlebih.
Perlu dicatat, tersangka penjual dan pembuat brownies ganja beralasan
pada awalnya membuat brownies ganja hanya untuk dirinya sendiri dan
untuk pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Banyak berita atau
mungkin penelitian yang mengungkapkan manfaat dari tumbuhan ganja. Hal
tersebut telah dibuktikan lewat testimoni beberapa orang yang bisa kita
dapatkan dan baca di dunia maya. Jika memang tidak mengobati, mengapa
begitu banyak orang yang memberikan testimoni manfaatnya?
Kajian dan penelitian yang lebih serius agaknya bisa menjadi sarana untuk membuktikannya.
Salam.
Ciao…
No comments:
Post a Comment