Sumber: wikipedia.org/wiki/Coffee |
Saat saya bertamu ke rumah
salah seorang teman, ia selalu menyajikan kopi sebagai minuman untuk menghargai sayasebagai tamunya.
Selain itu, kopi juga dijadikan teman untuk ngobrol agar perbincangan kami
terasa lebih santai.Kami memang terbiasa ngopi saat ngobrol. Bahkan, kami kerap pergi ke warung
kopi (selanjutnya: warkop) saat waktu luang untuk sekadar nongkrong sembari ngobrol ngalor-ngidul, berseloroh,
dan bersenda gurau. Oleh karena itu, tak berlebihan rasanya jika ada sebuah grup komedi
yang menamakandirinya “Warkop”.Karena,warung kopi dan grup lawak tersebut memiliki sifat
yang sama: kerap menciptakan banyolan-banyolan.
Kawan saya sering mengajak kongkow di warkop untuk menikmati pekatnya malam dalam secangkir kopi sembari berbincang seputar hal-hal
yang remeh-temeh sampai sesuatu yang sulit dipikirkan secara diskursif. Jika kawan saya ini ingin berdiskusi tentang suatu hal dengan saya,
ia selalu mengajak saya ngopi. Tak hanya saya dan teman saya, di
sana saya kerap mendapati orang-orang berdiskusi kecil menyoal berbagai hal. Memang, warkop dapat menjadi ruang aspirasi bagi siapa
pun.Di warkop, tak ada batas strata sosial.Siapapun bebas bicara selama masih menjaga etika.
Berawal dari hal itulah saya mengerti, di
balik ajakan kawan tersebut untuk ngopi, ada sebuah makna pragmatik: sesuatu hal yang
ingin ia bicarakan. Atau dengan lain perkataan, kopi
bukan lagi sekadar penawar kantuk saat kita ngobrol semalaman suntuk. Lebih dari itu, ngopi menjadi serupa simbol
yang di samping memberikan tanda untuk mengajak ngobrol,
tetapi juga menyembunyikan makna tanda itu sendiri.Makna itu tentunya dapat dimengerti karena
di antara kami telah terjalin sebuah konvensi.
Sekali waktu di warkop kami
pernah bercerita tentang awal mula perkenalan kami.Saat pertama bertemu, ia mengajak saya untuk‘kopi
darat’. Saya yang kali pertama mendengar ungkapan itu sempat menenyitkan kening. Saya mencoba mengartikannya secara leksikal:
‘kopi’ berarti minuman yang bahannya dari serbuk kopi, dan‘darat’artinya tanah.
Lantas, apa hubungan istilah tersebut dengan sebuah pertemuan? Setelah kami bertemu muka dan berbicara tentang istilah tersebut, ia
pun menjelaskan makna dari ungkapan tersebut. Saya baru mafhum bahwa ‘kopi darat’ merupakan idiom. [*]
No comments:
Post a Comment