Komposisi Absurd



Oleh Tria Putra Kurnia


Hoeeekkkkk….. sial. Ini kopi kenapa bisa begini. Rasanya nggak karuan. Kayak jamu murahan yang bikin mabuk! Padahal waktu ditinggal masih hangat dan enak rasanya. Kayaknya ini kosnpirasi beberapa teman yang saya kasih kentut sebelumnya. Hahahahaha… iya. Sebelumnya ada tiga orang di tempat ini. di kamar kosan yang entah pergi ke mana pemiliknya. Ya. Beginilah. Karena kami sudah saling percaya jadi kamar kosan siapapun boleh ditempati siapapun. Satu tempat milik bersama. Hahahaha…
Mungkin ini namanya karma. Akibat iseng kentut dalam ruangan, yang lain kesal, dan akhirnya membalas dengan mencampur kopi saya dengan banyak cairan lainnya. Rasa-rasanya sih ini kopi dicampur teh, dan jamu masuk angin. Tapi sebelumnya saya pun pernah mencoba mencampur bahan-bahan tersebut dalam satu gelas, dan rasanya enak. Tapi kok ini rasanya jadi gak karuan. Bingung. Campuran ini udah kayak miniatur kami bertiga dalam satu kamar kosan. Berbagai perangai, latar belakang, dan apapun yang berbeda disatukan dalam ruangan. Tapi kami baik-baik saja. Tidak dengan satu gelas kopi dengan campuran entah apa di dalamnya ini.
Kok bisa ya, satu hal yang isinya campur-campur bisa enak, dan hal lainnya bisa nggak enak begini?
Apa karena hal yang dicampur? Atau karena hal lainnya? Bingung? Nggak juga, ah.
Sambil menggerutu, merokok, dan kesal karena nggak jadi ngopi. Saya ingat-ingat lagi. Kenapa waktu itu saya campur kopi dan lainnya bisa enak. Kenapa yang ini bisa nggak enak?
Saya pernah mencampur kopi dan jamu masuk angin. Dengan takaran yang asal-asalan, tapi nggak terlalu ngawur. Pernah juga kopi saya campur kamu masuk angin. Asal-asalan juga, tapi nggak ngawur kayak begini. Dan rasanya enak. Mungkin kopi campuran hasil iseng beberapa teman ini dicampur dengan asal-asalan dan ngawur. Belum lagi tambahan rasa kesal karena telah saya kasih kentut sebelumnya hidung mereka itu. Hahahaha…
Mungkin seperti ini juga hasilnya jika dalam suatu wadah ada beberapa hal yang tercampur jadi satu, tapi tanpa memperdulikan takarannya masing-masing, karena bisa jadi tidak ada kesepakatan sebelumnya. Apa dan berapa yang bisa tercampur di dalamnya.
Untuk hal-hal seperti kopi, teh, dan jamu ini mungkin kita yang bisa menentukan takarannya masing-masing. Tapi bagaimana ketika yang tercampur dalam satu wadah itu hal-hal abstrak. Hal-hal yang menyangkut kepentingan misalnya. Dominasi yang timbul karena ego yang tak lagi terkontrol bisa kita ibaratkan salah satu komposisi minuman itu, entah kopi, teh, atau jamu yang berelebihan. Akan merusak rasa dan komposisi campuran yang seharusnya memberikan rasa enak.
Untuk hal-hal seperti ini, takarannya mungkin ada pada kesepakatan yang telah sebelumnya terjadi. Masing-masing pihak punya tingkat dominasinya sendiri-sendiri yang bisa dimasukkan dalam satu wadah tersebut, agar terjadi dan tercipta suasana atau rasa yang “enak”.
Ah sial. Rokok masih banyak, tapi kopi tidak bisa dinikmati. Panas deh ini tenggorokan dihajar rokok tanpa dibilas kopi. Mau ke warung susah. Jauh. Motor dipinjam. Aseeemmmmmm!
Mau gimana lagi. Ini akibatnya dari saya yang iseng kentut. Akhirnya harus merasakan komposisi tak teratur yang menghasilkan rasa absurd yang bikin mulut jadi nggak enak.
Yaudahlah. Daripada menggerutu terus, mending bakar lagi rokoknya. Karena daritadi saya nulis, rokok saya biarkan dihisap angin hingga habis.
Besok kalau ada kejadian kayak gini lagi saya bakal cerita, deh. Tapi beliin saya kopi, ya. Dadaaaahh….

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment