Katak, Ulat, dan Manusia.



Selamat pagi. Lama sudah kita tak berjumpa. Saya tahu, anda sedang duduk di sana. Di depan layar komputer anda. Membaca kata demi kata yang saya tulis. Mungkin anda berharap menemukan sesuatu. Tapi ternyata tidak. Lalu anda bisa saja kecewa. Tak apalah.
Sebuah lagu dari band legendaris melalntun melalui amplifier yang saya fungsikan sebagai speaker komputer. Judulnya Another Brick In The Wall. Pastilah sebagian dari anda tahu lagu milik siapa itu.
Oke. Saya bakar rokok saya dulu. Saya hisap dulu. Sambil mengetik. Ternyata susah. Asapnya berlarian menuju mata saya. Pedih rasanya.
Hari ini adalah hari jumat. Tanggal 17. Bulannya Oktober. Tahunnnya 2014. Baru saja sebuah acara televisi membuat saya heran. Heran karena ada dua makhluk hidup yang diceritakan dalam acara tersebut mampu bertahan hidup dengan mati. Bertahan hidup dengan cara mati? Lho kok bisa?! Bisa! Karena itu yang diceritakan di acara tersebut.
Katak. Ya, katak. Makhluk hidup pertama yang diceritakan bisa bertahan hidup melalui satu masa tertentu yaitu musim dingin dengan cara mati. Mematikan tubuhnya. Mematikan dengan cara ikut membeku. Hebat! Selama musim dingin, katak tersebut ikut membeku sampai musim dingin selesai dan udara mulai menghangat kembali. Dengan cara tertentu tubuhnya mati. Tanpa detak jantung, denyutan nadi, bahkan bernafas. Sepertinya katak tersebut bertapa selama musim dingin. Lalu ketika udara mulai menghangat kembali, katak tersebut hidup lagi dari kematian semusimnya.
Lalu selanjutnya adalah ulat. Ulat yang berbulu. Dengan cara yang sama ulat itu melewati musim dingin yang membekukan seluruh benda yang ada, termasuk dirinya sendiri. Tubuhnya terbalut es. Berhenti uget-ugetan. Lalu ketika musim berubah menghangat, tubuhnya kembali bergerak. Mencari makanan. Maklum lah. Mungkin ia lapar karena selama musim dingin tidak makan. Puasa!
Bagaimana bisa mereka yang begitu kecil bisa bertahan hidup dalam musim dingin?! Mereka tidak memakai baju hangat. Tidak tidur di dekat perapian. Tidak berbaring nyaman dalam rumah. Manusia saja yang sudah memakai alat bantu seperti baju hangat dan hal lainnya masih merasa kedinginan jika beraktifitas di udara dingin dengan suhu dibawah nol derajat.
Manusia bisa saja bertahan hidup dan beraktifitas dalam keadaan tersebut. Dengan alat bantu yang berbagai macam tentunya. Pakaian hangat yang menempel di tubuhnya, peralatan untuk mengahangatkan udara yang dihirupnya, perapian yang menghangatkan udara di sekeklilingnya. Tapi dengan semua itu apakah manusia bisa bergerak dan beraktifitas seperti biasanya? Itu baru dalam hal beraktifitas. Bagaimana dengan ketersediaan makanan? Musim dingin biasanya akan diiringi dengan ketiadaan bahan makanan. Tumbuhan dan hewan berhenti berproduksi, dan segala bahan makanan langka. Sepertinya katak dan ulat yang telah diceritakan bisa lebih bertahan daripada kita manusia.
Manusia dengan segala keterbatasannya bisa saja merasa iri kepada katak dan ulat yang mempu mati dalam mempertahankan kehidupannya saat musim dingin. Betapa efisiennya katak dan ulat itu. mereka mati pada saat musim dingin. Tidak memikirkan apapun. Saat musim berganti mereka kembali hidup dan beraktifitas. Sungguh hebat!
manusia dengan kebutuhan dan keinginan yang terbatas, disertai kemampuan otaknya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada sangat mungkin untuk menyiasati keterbatasannya. Seperti jaman dahulu, ketika komunikasi jarak jauh sangat terbatas. Manusia mulai mengembangkan sistem komunikasi yang baru untuk menjembatani keterbatasan komunikasi tersebut. Diciptakannya jaringan telepon yang kemudia berkembang menjadi sistem komunikasi yang beragam hingga saat ini. begitupun dengan keterbatasan-keterbatasan lainnya. Sangatlah mungkin untuk dijembatani. Perekayasaan berbagai hal yang terbatas sudah dilakukan sejak jaman dahulu. Mulai dari benda mati hingga makhluk hidup. Jeruk yang memiliki banyak biji yang memiliki rasa manis dikawinkannya dengan jeruk yang tidak memiliki biji namu memiliki rasa manis. Jadilah jeruk tanpa biji dan memiliki rasa manis. Betapa enaknya menikmati jeruk manis dan tanpa biji. Kita tak perlu lagi kesulitan dalam mengunyahnya. Hap hap hap langsung telan. Manis rasanya.
Keterbatasan-keterbatasan yang awalnya dirasa menyulitkan akhirnya dengan berbagai cara dapat diatasi. Kemampuan menjembatani ini adalah berkah yang dimiliki manusia. Dengan kemampuannya manusia semakin berkembang menuju yang tak terjamah sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan katak dan ulat yang mampu mempertahankan diri dengan cara mati untuk mempertahankan hidup? Apakah hal tersebut akan menjadi dorongan manusia untuk bergerak ke arah yang sama? Mampu bertahan hidup melewati musim dingin dengan cara mati? Sepertinya hal tersebut sudah mulai mendekati realisasinya. Beberapa film, dalam ceritanya, terdapat hal serupa. Manusia dibekukan dalam ruang tertentu, seakan dimatikan. Lalu suatu saat bisa dihidupkan kembali untuk keperluan yang beragam. Jika memang benar hal tersebut dapat direalisasikan, manusia akan semakin bergerak ke arah hidup abadi. Meski sulit, hal tersebut sepertinya niscaya. Kita tidak tahu jika di luar sana ada penelitian tersembunyi yang diam-diam sudah lebih dahulu mempraktekan hal tersebut.
Manusia akhirnya tidak lagi takut dengan keadaan-keadaan ekstrim yang mengancam kehidupannya. Manusia tidak lagi takut kehilangan. Manusia tidak takut lagi dengan segala ancaman yang datang dari alam maupun yang datang dari dalam dirinya sendiri.
Ketakutan-ketakutan memudar. Manusia hidup dalam keadaan bahagia yang diidam-idamkannya. Kehidupan yang mungkin saja abadi dan hal-hal lainnya.


Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment