Tembakau (Tanpa) Kopi #Mimpi

Don't trash your dreams by AquaSixio



Oleh Tria Putra Kurnia

Dan seseorang yang mengecup keningmu dalam mimpi adalah seseorang yang tak kau pikirkan sebelumnya. Bagaimana bisa? Ya. Namanya juga mimpi.
    Mimpi. Untuk sebagian orang, mungkin hanya tentang sebuah cerita yang tanpa perlu dipikirkan ketika sepasang matanya mulai terbuka. Ketika fajar mulai merambat di sisa kaki malam. Mendung mulai menampakkan bentuknya karena bantuan cahaya. Setidaknya itu adalah pagi ini. Mimpi pun, untuk sebagian orang bisa menjadi pertanda. Hanya untuk orang dengan tingkat “kesintingan” atau “kreativitas” khusus. Misalnya, untuk para penjudi. Judi angka. Setiap mimpi yang mengisi kekosongan tidurnya, akan diterjemahkan apa artinya. Berapa pula angkanya. Dan esoknya, ia kana datang ke bandar judi untuk mempertaruhkan mimpinya itu.
      Orang dengan kesintingan atau kreativitas khusus ini, ternyata bukan hanya disematkan kepada para penjudi yang berjudi dengan uangnnya. Tapi penjudi di sini sangatlah luas. Manusia pada dasarnya sedang berjudi. Berjudi dengan waktu, dengan mimpi-mimpinya, dengan kepercayaan dan keyakinannya, dengan apapun itu. Tidak ada manusia yang tidak berjudi. Karena pada dasarnya berjudi adalah mempertaruhkan. Mempertaruhkan segalanya untuk satu tujuan. Bisa jadi tujuan itu surga. Dan kita bertaruh dengan segala kemungkinan untuk mendapatkannya.
      Ada manusia yang bertaruh demi mimpi-mimpinya. Mempertaruhkan segala sumberdaya yang dipunyai untuk mewujudkan apa yang ia percaya akan menjadi nyata. Karena hidupnya bermula pada keping mimpi yang ia susun sendiri.
      Apa jadinya jika manusia hidup tanpa mimpi? Tanpa harapan? Tak akan menjadi apapun hidupannya. Kita bermimpi untuk memiliki sebuah keluarga sederhana yang bahagia dengan seseorang yang kita suka misalnya. Kita pasti dengan segala cara akan menghidupi mimpi itu untuk segera menjadi nyata. Dengan segala usaha yang mungkin dilakukan. Tapi, ketika mimpi itu sulit untuk diwujudkan, kadang kita menyerah. Menyerah untuk mengejarnya lagi. Tapi untuk beberapa orang yang nekat, mereka akan terus menghidupi mimpi yang sama hingga ia tak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Meski akhirnya ia tak lagi memiliki apapun, setidaknya ia hidup dan berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpinya tersebut.
Untuk orang-orang yang hidup dengan mimpinya yang itu itu saja. Dalam hal ini keukeuh dengan satu mimpinya, tanpa mau terbuka dengan kemungkinan-kemungkinan yang lainnya, bisa jadi sangat berbahaya. Mereka tidak berdamai dengan segala peluang dan kesempatan untuk mewujudkan mimpinya itU dengan cara dan orang yang berbeda.
     Ingatlah pepatah ini, “banyak jalan menuju roma”. Buatlah satu langkah untuk mengejar mimpimu. Jangan kaku dengan tujuanmu. Jangan harus berjalan lurus. Sebuah perjalanan akan membawamu kepada segala kemungkinan. Membawamu ke sejuta bentuk mimpi-mimpi baru. Sejuta kesempatan untu berbahagia, misalnya.
Mimpimu boleh satu. Tapi jangan kau batasi dengan cara apa, dengan siapa, bagaimana, mimpi itu kelak terwujud. Tetapkan saja satu tujuan. Lalu barkan jemari Tuhan memetakan jalan-jalan untuk mewujudkan segala mimpi yang kau pertaruhkan.
     Oke. Saya lupa untuk menyulut tembakau. Saya masih punya satu. Kamu mau? Beli sendiri gih sana. Bukannya pelit. Tapi saya Cuma punya satu. Uang saya pun sudah habis. Tapi kalau kamu mau berbagi kecupan sih boleh boleh saja (untuk wanita).
Sambil menulis ini, saya masih ingat mimpi yang saya dapat malam tadi.
      Kasusnya begini. Saya suka seorang wanita. Wanita itu punya teman. Lalu kenapa bukan wanita yang saya suka yang datang dan mengecup kening saya? Cuma Tuhan yang tahu sepertinya. Simpel kan?
Oke. Sebelum saya teruskan. Saya perlu mengingatkan. Tulisan ini hanya untuk yang pernah merasakan bagaimana semua inderanya bekerja dengan baik merasakan setiap kejadian dalam mimpi. Karena jika untuk orang yang tak pernah hidup dalam mimpinya, ini hanya akan menjadi cerita yang membosankan.
      Segala dimensi fisik dan nonfisik saya bekerja ketika mengalami kejadian dalam mimpi saya malam tadi. Bagaimana waktu, rasa, dan semua indera merasakannya. Waktu berputar melambat, rasa-rasa memunculkan warna dan dimensinya sendiri, ketika sebua kecupan mendarat tepat di kening yang mungkin telah penuh dengan kerutan usia. Lalu waktu yang berputar melambat seperti memainkan melodinya sendiri, dengan nada mayor yang membahagiakan. Beberapa potong percakapan tak sempat saya ingat. Tapi saya pastikan itu membahagiakan. Segala rasa memecah tubuhnya menjadi surai surai warna yang bergerak dengan gerak yang sempurna. Mengikat segala dimensi menjadi satu. Memadat dan tiba tiba meledakkan dirinya sendiri menjadi ledakan yang lucu. Melepaskan segala dimensi rasa yang tak ada di dunia nyata. Lha kan ini dunia mimpi.
Mimpi itu hadi tanpa mula. Berakhir sebagai cerita yang membahagiakan.
       Di sinilah segalanya menyatu. Kata awal tulisan ini sampai kalimat terakhir di atas tadi.
    Bagaimana mimpi yang awalnya kau genggam. Merubah dirinya karena sebuah perjalanan. Tanpa kita prediksi. Lalu membahagiakan.
       Ya. Sebuah perjalanan kelak membawa kita kepada segala kemungkinan lainnya. Jangan batasi langkahmu oleh segala janji. Biarkan hidup membawa tubuhmu ke segala mungkin yang kelak membahagiakan.
Tapi. Kelak perjalanan pun akan berakhir dengan sebuah janji, sebuah tempat yang kau jadikan titik tolak dan titik untuk kembali.
      Bermimpilah secara sederhana, jangan terlalu eksplisit. Dan kau harus tahu resiko bertaruh dengan mimpi. Ketika semuanya tak terwujud, jangan lalu kau benci untuk bermimpi.
       Nikmatilah mimpimu selagi durasi hidup belum berakhir. Kau yang tahu mimpimu. Mereka tidak.
Ah.. rokok saya habis. Kopi tak ada. Tulisan ini sampai sini saja ya. Besok atau entah kapan. Jika sempat. Tulisan saya akan berlanjut. Tentang bagaimana perjalanan meramu mimpi-mimpi baru untuk disajikan. Ciaaaooo! Selamat berbahagia. Selamat memeluk mimpimu. (*)

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment